Senin, 11 Januari 2016

POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE RASULULLAH MEKKAH DAN MADINAH



MAKALAH
POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE RASULULLAH DI MEKKAH DAN MADINAH
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Dosen:
UMI SALAMAH, M.Pd.I
Disusun oleh :
Ela Umi Latifah  13250013
 Kobdiyah           13250018
Jurusan Tarbiyah
Pendidikan Matematika (VA)






INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) MA’ARIF NU
METRO LAMPUNG
2015/2016







KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami ucapkan rasa puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
            Adapun makalah ini tentang Sejarah Pendidikan Islam kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.




                                                                                                             







DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................  ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................  1
A. Latar Belakang ...................................................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................  2
A. Masa Pembinaan Pendidikan Islam.................................................................... 2
B. Pelaksanaan Pendidikan Islam di Makkah.......................................................... 2
C. Pelaksanaan Pendidikan Islam di Madinah........................................................ 5
BAB III PENUTUP ......................................................................................................  9
A. Kesimpulan ........................................................................................................  9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................  10













BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Sejarah pendidikan islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah islam. Oleh sebab itu sejarah pendidikan islam dapat dikatakan berada dalam periode-periode sejarah islam itu sendiri. Dengan masa pembinaan pendidikan islam yaitu masa dimana proses pembudayaannya berlangsung. Masa tersebut berlangsung sejak Nabi Muhammad menerima wahyu dan menerima pengangkatannya sebagai rasul. Datangnya ajaran islam yang dibawa oleh para rasul yang telah diutus oleh Allah adalah untuk meluruskan dan memacu perkembangan budaya umat manusia.
Jadi dengan mempelajari sejarah pendidikan islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khususnya pendidikan islam pada zaman Nabi Muhammad SAW. Sebagai umat islam hendaknya kita mengetahui sejarah tersebut guna untuk menumbuhkembangkan wawasan generasi mendatang didalam pengetahuan sejarah tersebut. Dan didalam makalah ini kami akan membahas pola pendidikan islam pada periode Rasulullah di mekah dan maddinah.













BAB II
PEMBAHASAN

A.   Masa Pembinaan Pendidikan Islam
            Masa pembinaan pendidikan islam adalah masa dimana proses penurunan ajaran islam kepada Muhammad SAW dan proses pembudayaannya berlangsung. Masa ini berlangsung sejak Muhammad menerima wahyu dan menerima pengangkatannya sebagai rasul, sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran islam menjadi warisan budaya umat islam sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Masa tersebut berlangsung selama 22 atau 23 tahun, tahun sebelum Hijrah (bertepatan dengan 6 Agustus 610 M) sampai dengan wafatnya pada tanggal 12 rabi’ul Awwal 11 Hijrah (bertepatan dengan 8 juni 832 M).
            Datangnya ajaran islam yang dibawa para rasul yang diutus oleh Allah adalah untuk meluruskan perkembangan budaya umat manusia. Demikian ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah berfungsi untuk meluruskan perkembangan budaya umat manusia yang ada pada zamannya dan memacu perkembangan selanjutnya. Dengan demikian tugas Nabi Muhammad adalah menata kembali unsur-unsur budaya yang telah ada dikalangan bangsanya dan meletakkan unsur-unsur baru yang akan menjadi dasar bagi perkembangan budaya berikutnya.
            Pelaksanaan pembinaan pendidikan islam pada zaman rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 tahap, baik dari segi waktu dan tempat penyelenggaraannya, maupun dari segi isi dan materi pendidikannya, yaitu : (1) tahap/fase makkah, sebagai fase awal pembinaan pendidikan islam, dengan makkah sebagai pusat kegiatannya, dan (2) tahap/fase madinah, sebagai fase lanjutan (penyempurnaan) pembinaan/pendidikan islam dengan madinah sebagai pusat kegiatannya.

B.  Pelaksanaan Pendidikan Islam di Makkah
Allah Maha Bijaksana, sebagai calon panutan  umat manusia, Nabi Muhammad  sejak “awal sekali” telah disiapkan Allah, dengan menjaganya dari sikap-sikap jahiliah. Menjelang pengangkatannya sebagai rasul Allah di Gua Hira’ pada bulan romadhon datanglah kepastian dalam dirinya bahwa ia telah mendapatkan kebenaran yang dicarinya, didalam tidurnya ia bertemu dengan mimpi hakiki yang memancarkan cahaya kebenaran yang selama ini dicarinya. Bersamaan apa yang dilihatnya hidup yang sia-sia, hidup penuh tipu daya dengan segala kemewahan yg tiada berguna. Ketika itu ia yakin bahwa benar masyarakatnya telah sesat dari jalan yang benar. Muhammad mulai menerima wahyu dari Allah sebagai petunjuk untuk melaksanakan tugasnya sewaktu beliau mencapai umur 40 tahun, yaitu pada tanggal 17 romadhon tahun 13 sebelum hijrah (6 agustus 610 M) turunlah wahyu yang pertama, surat al-Alaq ayat 1-5 sebagai fase pendidikan Islam Mekkah.
Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikannya kepada kaum Quraisy, yaitu :
1)   Tahap Pendidikan Islam secara Sembunyi-sembunyi
Pada awal turunnya wahyu pertama al-Qur’an surat Al Alaq, pola pendidikan yang dilakukan adalah dengan cara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad SAW dimulai dari keluarga terdekatnya, mula-mula diajak istrinya sendiri (Khadijah) untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk Allah. Kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Harisah (pembantu menjadi anak angkatnya). Kemudian  sahabat karibnya Abu Bakar Shidiq. Secara berangsur-angsur ajaran tersebut disampaikan secara meluas tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, maka berimanlah antara lain : Usman ibn Affan, Zubair ibn Awwan, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khatab, Said ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya, mereka semua tahap awal ini disebut Assabiqunal Awwalun, yakni orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam bin Abi Arqam.
2)   Tahap Pendidikan Islam Secara Terang-terangan
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3 tahun, sampai akhirnya turun petunjuk dan perintah dari Allah agar Nabi memberikan pendidikan dan  seruan secara terbuka dalam surat Al-Hijr ayat 94,maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” dengan turunnya perintah tersebut Nabi Muhammad mulai memberikan pengajaran secara terang-terangan / terbuka dan lebih meluas yaitu tidak hanya dilingkungan keluarga saja tetapi juga di penduduk luar mekkah, terutama mereka yang datang ke mekkah, baik dalam ibadah haji ataupun perdagangan .
  1. Pendidikan Tauhid, dalam Teori dan Praktek
Materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan ajaran agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan oleh masyarakat jahiliyah. Secara teori intisari ajaran tauhid terdapat dalam kandungan surat al-Fatihah ayat 1-7. Pokok-pokoknya adalah :
1)      Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta yang sebenarnya, Dialah satu-satunya yang menguasai dan mengatur alam ini sedemikian rupa, sehingga merupakan tempat yang sesuai dengan kehidupan manusia.
2)      Bahwa Allah telah memberikan nikmat, memberikan segala keperluan bagi semua makhluk-Nya dan khusus kepada manusia dengan petunuk dan bimbingan agar mendapatkan kebahaiaan hidup yang sebenar-benarnya.
3)      Bahwa Allah adalah raja hari kemudian, telah memberikan pengertian bahwa semua amal perbuatan manusia sewaktu didunia ini akan diperhitungkan disana.
4)      Bahwa Allah adalah sesembahan yang sebenarnya dan hanya satu-satunya. Hanya kepada Allah segala bentuk pengabdian ditujukan.
5)      Bahwa Allah adalah penolong sebenarnya dan hanya kepada-Nya lah manusia meminta pertolongan.
6)      Bahwa Allah yang sebenarnya membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia untuk kehidupan dunia yang penuh rintangan, tantangan dan godaan.

Secara praktis pelaksanaan/praktek pendidikan tauhid diberikan melalui cara-cara yang bijaksana, menuntun akal pikiran dengan mengajak umatnya untuk membaca, memperhatikan dan memikirkan kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia sendiri. Kemudian beliau mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian tauhid tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah langsung menjadi contoh bagi umatnya. Hasilnya, kebiasaan masyarakat arab yang memulai perbuatan atas nama berhala, diganti dengan ucapan bismillahirrahmanirrohim. Kebiasaan menyembah berhala, diganti dengan mengagungkan  dan menyembah Allah SWT.
b.    Pengajaran Al-Qur’an di Mekkah
Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran islam yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Tugas nabi Muhammad disamping mengajarkan tauhid juga mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya, agar secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya yang selanjutnya akan menjadi warisan ajaran secara turun temurun, dan menjadi pegangan dan pedoman hidup bagi kaum muslimin sepanjang zaman.
Ada beberapa faktor yang memungkinkan Muhammad saw. Mengajarkan Al-Qur’an dengan baik dan sempurna. bangsa arab pada waktu itu dikenal sebagai masyarakat yang ummi yang pada umumnya tidak bisa membaca dan menulis. Hanya beberapa orang yang bisa membaca dan menulis diantaranya adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi Talib, Usman bin Affan, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, Talhah, Yazid bin Abu Sufyan, Abu Hudaifah bin Utbah, Abu Sufyan bin Harb, Mua’wiyah bin Abu Sufyan dll. bahkan dari kalangan kaum perempuan terdapat nama-nama Hafsah istri Nabi Muhammad Saw. Ummi Kulsum binti Uqbah, Aisyah binti Sa’d, Al-Syifak binti Abdullah Al-Adawiyah dan Karimah binti Al-Miqdad, yang pandai tulis baca. Ada riwayat yang menceritakan bahwa pada itu telah ada khuttab yang mengajarkan menulis dan membaca. Walaupun budaya tulis baca tersebut belum mewarnai kehidupan masyarakat pada masa itu.
  Tradisi budaya mereka adalah tradisi budaya lisan. Mereka mempunyai tradisi menghafal syair-syair dan puisi-puisi yang indah. Mereka terkenal sebagai orang-orang yang kuat hafalan.

C.  Pelaksanaan Pendidikan Islam di Madinah
Kedatangan Nabi Muhammad Saw bersama kaum muslimin Mekkah, disambut oleh penduduk Madinah dengan gembira dan penuh dengan rasa persaudaraan. Maka, Islam mendapat lingkungan baru yang bebas dari ancaman para penguasa Quraisy Mekkah, lingkungan yang dakwahnya, menyampaikan pelajaran Islam dan menjabarkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembinaan pendidikan islam di madinah hakikatnya merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan dibidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga tingkah laku sosial politiknya merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Wahyu secara beruntun selama periode Madinah kebijaksanaan Nabi Muhammad Saw dalam mengajarkan al-Qur’an adalah menganjurkan pengikutnya untuk menghafal dan menulisnya sebagaimana yang diajarkan, beliau sering mengadakan ulangan-ulangan dalam pembacaan al-Qur’an dalam shalat, dalam pidato-pidato, dalam pelajaran-pelajaran dan lain kesempatan.

a)    Pembentukan dan Pembinaan Masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Setelah selesai pembangunan masjid, maka rasul pindah menempati sebagian ruangannya yang memang khusus disediakan untuknya. Demikian pula diantara kaum muhajirin yang miskin yang tidak mampu membangun tempat tinggalnya sendiri. Masjid itulah pusat kegiatan Rasulullah beserta para pengikutnya kaum muslimin, untuk secara bersama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid, yang mencerminkan rasa persatuan dan kesatuan umat. Dimasjid itulah beliau bermusyawarah berbagai urusan, mendirikan shalat berjamaa’ah, membaca Qur’an, maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan. Dengan demikian, masjid itu merupakan tempat pendidikan dan pengajaran. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyariatkannya media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat jum’at yang dilaksanakan secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengarkan khotbah dari Rasulillah dan shalat jum’at berjama’ah.
b)   Pendidikan Sosial Politik dan Kewarganegaraan
Pelaksanaan atau praktek pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut :
1)      Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin.
Dalam melaksanakan pendidikan ukhuwah ini, Nabi Saw bertolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu. Untuk mempersatukan keluarga itu nabi berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang terpadu. Mereka dipersaudarakan karena Allah bukan karena yang lainnya. Sesuai dengan isi konstitusi Madinah juga, bahwa antara orang yang beriman, tidak boleh membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan utang yang berat diantara sesama mereka.
2)      Pendidikan Kesejahteraan Sosial.
Terjaminnya kesejahteraan sosial tergantung pertama-tama pada terpenuhinya kebutuhan pokok dari pada kehidaupan sehari-hari. Untuk itu setiap orang harus bekerja mencari nafkah. Untuk mengatasi permasalahan pekerjaan tersebut, Nabi memerintahkan kaum muhajirin yang telah dipersaudarakan dengan anshor agar mereka bekerjasama dengan saudara-saudaranya tersebut.
3)      Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri dan anak-anaknya. Nabi berusaha untuk memperbaiki keadaan itu  dengan memperkenalkan dan sekaligus menerapkan system kekeluargaan, yang berasaskan taqwa kepada Allah Swt. Diperkenalkannya system kekeluargaan yang berdasarkan pada pengakuan hak-hak individu, keluarga dan keturunannyadalam kehidupan kemasyarakatan yang seadil dan seimbang, seperti yang terlihat dalam surat al-Hujrat ayat 13 :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”.

c)    Pendidikan Anak dalam Islam
Anak atau keturunan merupakan generasi penerus yang akan menerima warisan nilai dan budaya dari generasi sebelumnya, dan akan mengembangkan warisan-warisan menjadi lebih baik. Dalam islam anak atau keturunan  merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad Saw. Dan generasi muda muslimah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam keseluruh penjuru alam.
Anak keturunan yang menyenangkan hati merupakan sumber dari kemuliaan, dan hal tersebut harus diusahakan dengan pendidikan. Keberhasilan do’a sebenarnya tergantung pada usaha untuk mencapainya, sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam Q.S Ar-Ra’d ayat 11 : “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum, kalau tidak mereka itu sendiri yang mengusahakannya”.
Adapun garis-garis besar pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh nabi SAW adalah sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah dalam Surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut :
  1. Pendidikan tauhid, yaitu menanamkan keimanan kepada Allah sebagai Tuhan yang maha Esa.
  2. Pendidikan sholat, kewajiban sholat dibebankan kepada mukallaf, artinya anak baru wajib melaksanakan sholat jika sudah berakal dan balig.
  3. Pendidikan adab sopan santun dalam keluarga,
  4. Pendidikan adab sopan santun dalam bermasyarakat (kehidupan sosial)
  5. Pendidikan kepribadian, tanamkan dan biasakan  kepada anak dengan sifat-sifat kepribadian yang kuat, yaitu jiwa amar ma’ruf nahi munkar.

d)   Pendidikan Hankam (Pertahanan dan Keamanan) dakwah Islam
Masyarakat kaum muslimin merupakan satu state (Negara) dibawah bimbingan Rasulyang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar dakwahnya sebagai sarana menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia secara bertahap. Oleh karena itu, setelah masyarkat kaum muslimin di Medinah berdiri dan berdaulat, usaha rasul berikuitnya adalah memperluas pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah, ajakan tersebut disampaikan dengan baik dan bijaksana. Untuk mereka yang tidak mau mengikat perjanjian damai ada dua kemungkinan tindakan nabi yaitu: (1) kalau mereka tidak menyatakan permusuhan atau tidak menyerang kaum muslimin atau kabilah yang telah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, maka mereka dibiarkan saja; (2) tetapi kalu mereka menyatakan permusuhan dan menyerang kaum muslimin atau menyerang kabilah yang telah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, maka harus diperangi, sehingga mereka menyatakan tunduk dan mengakui kedaulatan kaum muslimin.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Pelaksanaan pembinaan pendidikan islam pada zaman rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 tahap, baik dari segi waktu dan tempat penyelenggaraannya, maupun dari segi isi dan materi pendidikannya, yaitu :
1.    Pelaksanaan pendidikan islam di makkah
a)      Tahap pendidikan islam secara sembunyi-sembunyi
b)      Tahap pendidikan islam secara terang-terangan
2.    Pelaksanaan pendidikan islam di madinah
a)      Pembentukan dan Pembinaan Masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
b)      Pendidikan Sosial Politik dan Kewarganegaraan
·      Pendidikan ukhuwah (persaudaraan) antara kaum muslimin
·      Pendidikan Kesejahteraan Sosial
·      Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat
c)      Pendidikan Anak dalam Islam
d)     Pendidikan Hankam (Pertahanan dan Keamanan) dakwah Islam

Kurikulum yang dipakai di Mekkah dan Madinah adalah sama, yakni al-Qur’an yang dijelaskan oleh hadis Nabi yang diturunkan secara berangsur-angsur, hanya kurikulum di Madinah lebih komplit seiring dengan bertambahnya wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.


1 komentar: